Cool Blue Outer Glow Pointer

Followers

0 Bhuana Agung dan Bhuana Alit

Date: 23.13
Category:
Author: ◄Widhi Mahaputra►
Share:
Responds: 0 Comment

  
Keberadaan Bhuana Agung dan Bhuana Alit ini tak lekang dari adanya Brahman. Proses penciptaan Jagat Raya beserta isinya ini terjadi pada kurun waktu yang disebut Srsti. Sedangkan ketika alam semesta ini meniada disebut dengan Pralaya atau Brahmanakta (malam hari Brahman). Brahman yang tunggal dan mengetahui semua hal ini sering disebut Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.

1. PENDAHULUAN

Kapan sesungguhnya alam semesta ini tercipta, sangat sulit dipastikan, mengingat keterbatasan kemampuan dan umur manusia. Beberapa peneliti dan ilmuwan mencoba untuk membuat teori tentang penciptaan alam semesta tetapi tidak satupun dapat memastikan kapan alam ini tercipta. Menurut susastra suci Hindu teori penciptaan jagat raya banyak diuraikan yang jika dicermati dan dipelajari dengan penuh keyakinan maka alam semesta ini mengalami keadaan dimana jagat raya ini pernah tidak ada, lalu ada, kemudian tidak ada lagi, demikian seterusnya berulang-ulang.

2. BHUANA AGUNG
2.1 PENGERTIAN BHUANA AGUNG
Bhuwana Agung terdiri atas dua kata, yaitu kata “Bhuwana” yang artinya dunia, alam, loka dan jagat dan kata “Agung” berarti besar atau raya. Jadi, kata bhuana agung adalah istilah yang dipergunakan dalam agama hindu untuk menyebutkan alam semesta atau alam raya ini.
Bhuana agung juga disebut dengan istilah Makrokosmos, jagat raya, alam besar, atau Brahmanda. Semua gugusan : matahari, planet, bintang, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut Bhuana Agung.

2.2 TERJADINYA BHUANA AGUNG
Menurut ajaran Agama Hindu, alam semesta berasal dari Bhatara Siwa yang disebut juga Rudra, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Prosesnya dimulai dari yang paling halus/gaib kemudian menjadi lebih kasar/nyata. Disebutkan ada 12 tahapan dengan istilah “Tattwa rwawelas” yakni Bhatara Siwa (Rudra), Sang Purusa (Brahman), Awyakta (Wisnu), Budhi yang bersifat sattwa, Ahamkara yang bersifat rajah, Panca Tan Matra yang bersifat tamah, Manah, Akasa, Bayu, Agni, Apah, dan Perthiwi.
Bhuana Agung diciptakan secara bertahap. Berawal dari kekuatan tapa-Nya, terciptalah dua kekuatan yang disebut Purusa (Unsur dasar yang bersifat kejiwaan atau rohani) dan Prakerti (Unsur dasar yang bersifat kebendaan atau jasmani). Selanjutnya dari pertemuan Purusa dan Praketri munculah zat yang sangat halus yang disebut dengan “citta”. Citta yang terpengaruh oleh kekuatan Tri Guna yaitu Sattwam, Rajas, dan Tamas sehingga terciptalah unsur Buddhi, Manah dan Ahamkara. Pada tahapan berikutnya setelah muncul Tri Guna terciptalah dasendriya oleh kekuatan tapa-Nya Brahman, maka muncullah Panca Tan Matra yaitu lima unsur zat yang bersifat halus. Dari unsur-unsur Panca Tan Matra inilah muncul Panca Maha Bhuta yaitu lima macam unsur zat alam yang bersifat lebih kasar dari Panca Tan Matra. Panca Maha Bhuta berevolusi serta menyempurnakan bentuknya dan terciptalah Brahmanda-Brahmanda yang salah satunya adalah Bumi. Bumi sebagai sebagai tempat makhluk hidup keberadaannya berlapis-lapis.

Lapisan menuju ruang jagat raya disebut “Sapta Loka” yang terdiri dari:
a) Bhur Loka (alam manusia)
b) Bhuwah Loka (alam pitra)
c) Swah Loka (alam dewa)
d) Maha Loka
e) Jana Loka
f) Tapa Loka
g) Satya Loka (ruang vakum = Nirgunan Brahman)
Lapisan menuju inti Bumi atau “Kalagni Rudra” disebut “Sapta Patala” yang terdiri dari :
a) Atala
b) Vitala
c) Sutala
d) Talatala
e) Mahatala
f) Rasatala
g) Patala
Demikian Agama Hindu menjelaskan tentang asal mula terjadinya unsur-unsur bhuana agung yang pada mulanya bersifat sangat halus. Pada masa “Srsti” dievolusi oleh Tuhan sehingga menjadi mengeras, dan pada saat “Pralaya” nanti diolah lagi oleh Tuhan untuk dikembalikan pada sifat yang sangat halus itu melalui hukum-Nya yang disebut dengan “Rta”.

2.3 UNSUR-UNSUR BHUANA AGUNG
Proses terjadinya alam semesta “Bhuana Agung” tersebut terdiri dari beberapa unsur, antara lain :
· Sang Hyang Widhi
Asal mula dari alam semesta ini. Beliau berkeadaan sunya (sepi), yang ada mutlak, absolut, kekal, abadi dan sangat abstrak.
· Tapa
Pemusatan tenaga pikiran yang terkeram sehingga menimbulkan panas yang memancar, dengan tapa Beliau menciptakan alam semesta ini beserta isinya.
· Sang Purusa (Brahma)
Merupakan benih kehidupan. Beliau bersifat abadi “nitya”, tidak dapat ditangkap dengan indriya, tidak dapat dibayangkan “inangenangen”.
· Awyakta (Wisnu)
Asas material, kebendaan, yang tanpa kejiwaan. Awyakta merupakan Pradhana atau Prakerti sebagai sumber material.
· Buddhi
Bersifat sattwam yang merupakan asas intelegensi dari kesadaran.
· Ahamkara
Bersifat rajah yang merupakan asas kesendirian “individualis” yang bersifat mengaku lebih dan tidak mau merendah.
· Manah
Alam pikiran yang gunanya untuk berpikir.
· Panca Tan Matra
Panca Tan Mantra adalah lima benih unsur yang sangat halus, terdiri dari :
a. Sabda Tan Mantra adalah benih suara
b. Rupa Tan Mantra adalah benih dari sari warna
c. Rasa Tan Mantra adalah benih sari rasa
d. Gandha Tan Mantra adalah benih sari bau
e. Sparsa Tan Mantra adalah benih sari raba, sentuhan
· Panca Maha Bhuta
Setelah melalui proses evolusi yang amat panjang maka lahirlah lima unsur yang lebih kasar yang disebut Panca Maha Butha yang terdiri dari :
a. Akasa atau Ether timbul dari sabda dan sparsa tan mantra : angkasa.
b. Bayu atau hawa timbul dari sabda dan sparsa tan mantra : udara.
c. Teja atau panas timbul dari sabda dan rupa tan mantra : matahari, api.
d. Apah atau cair timbul dari sabda, sparsa, rupa dan rasa tan mantra : air.
e. Pretiwi atau padat timbul dari kelima unsur tan mantra : tanah, batu.
2.4 SLOKA PENCIPTAAN BHUANA AGUNG
Kitab suci weda dan sastra Agama Hindu lainnya banyak menjelaskan tentang terciptanya alam semesta ini, sloka-sloka tersebut antara lain :
“Idam wa agranaiwa kincit, sadwa saumnya idam agra asit, ekam eva adwitya”.
(Chandogya Upanisad)
Artinya :
Sebelum diciptakan alam semesta ini tidak ada apa-apa. Sebelum alam semesta diciptakan hanya Ida Sang Hyang Widhi yang maha ada, Maha Esa tiada duanya.
“Asididam tamobhutamaprajnatam alaksam apratarkya mawijneyam prasuptaniwa sarwatah”.
(Manawa Dharmasastra 1.5)
Artinya :
Alam Semesta ini pada mulanya adalah bentuk kegelapan, tak dapat dilihat tanpa ciri-ciri sama sekali, tak kan terjangkau oleh daya pikiran, tak dapat dikenali, seolah-olah sebagai orang yang tenggelam dalam tidur yang paling nyenyak.
“Aprare’yam itas tvanyam Prakrtim viddhi me param, jivabhutam’dam dharyate jagat”.
(Bhagawadgita VII.5)
Artinya :
Inilah unsur alam-Ku yang lebih rendah dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi. Oh Mahabahu, unsur hidup, yaitu jiwa yang mendukung alam semesta ini.


3. BHUANA ALIT
3.1 PENGERTIAN BHUANA ALIT
Bhuwana alit adalah alam kecil yaitu isi dari jagat raya atau alam semesta ini. Yang dapat kita kelompokkan seperti bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia serta makhluk yang lainnya.
Kitab Sveta Svatara Upanisad menjelaskan, sebagai berikut : Rudra setelah menciptakan bumi dengan segala isinya, lalu memberi tangan kepada manusia dan memberi sayap kepada burung-burung. Beliau juga menjadi mata dari semua makhluk, menjadi wadah/muka semua makhluk, menjadikan tangan dari semua makhluk, bahkan menjadi kaki dari semua makhluk.
3.2 TERJADINYA BHUANA ALIT
Setelah Ida Sang Hyang Widhi Wasa mencipakan alam semesta (Bhuana Agung) maka berkehendaklah Beliau menciptakan isinya seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan yang lainnya. Makhluk hidup diciptakan mulai dari yang terendah sampai dengan makhluk hidup yang tertinggi.
Makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa setelah terciptanya alam semesta ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
a. Kelompok Eka Pramana, yaitu makhluk hidup yang memiliki satu kekuatan dalam hidupnya yakni Bayu. Makhluk hidup ini disebut “Sthawara”, yaitu makhluk hidup yang tidak dapat berpindah-pindah seperti tumbuh-tumbuhan.
Yang tergolong “Sthawara” adalah:
1) Trana (bangsa rumput)
2) Lata (bangsa tumbuhan menjalar)
3) Taru (bangsa semak dan pepohonan)
4) Gulma (bangsa pohon yang bagian luar pohon bersangkutan berkayu keras dan bagian dalamnya berongga atau kosong)
5) Janggama (bangsa tumbuhan yang hidupnya menumpang pada pohon yang lain)
b. Kelompok Dwi Pramana, yaitu makhluk hidup yang dalam hidupnya memiliki dua kekuatan yakni Bayu dan Sabda. Makhluk hidup ini disebut Satwa atau Sato yaitu bangsa binatang yang pada umumnya bersifat buas, namun diantaranya ada yang bersifat jinak terutama yang mendapat pendekatan secara manusiawi.
Yang tergolong Satwa atau Sato:
1) Swedaya (bangsa binatang bersel satu)
2) Andaya (bangsa binatang yang bertelur)
3) Jarayudha (bangsa binatang yang menyusui)
c. Kelompok Tri Pramana, yaitu makhluk hidup yang memiliki tiga kekuatan dalam hidupnya yakni Bayu, Sabda, dan Idep. Makhluk hidup ini disebut Manusya. Manusya atau manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena telah memiliki pikiran. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Nara Mega (manusia binatang)
2) Wamana (manusia kerdil)
3) Jatma (manusia yang paling sempurna)
Jenis-jenis manusia antara lain:
1) Manusia laki-laki (Purusa)
2) Manusia perempuan (Pradana)
3) Manusia banci
Manusia sebagai makhluk tertinggi kelahirannya mengalami siklus yang panjang. Mulai dari bayi dalam kandungan berkat pertemuan antara Kama Petak/Sukla dan Kama Bang/Swanita. Kama Petak/Sukla adalah sel laki-laki atau sperma yang disimbulkan dengan Sang Hyang Smara. Kama Bang/Swanita adalah sel wanita atau telur/ovum yang disimbulkan dengan Dewi Ratih. Dalam Lontar Anggastyaprana, pertemuan Kama Petak dengan Kama Bang disebut Sang Ajursulang. Sampai akhirnya pertemuan tersebut membentuk sygote dan mengalami proses pertumbuhan dalam rahim sang ibu yang semakin hari semakin membesar serta mengubah dirinya sehingga akhirnya membentuk dan lahirlah seorang bayi “Bhuana Alit”.
Kelahiran manusia sebagai makhluk hidup (Bhuana Alit) merupakan wujud yang mulia karena semuanya itu bersumber dari Tuhan. Dengan demikian kita hendaknya mensyukuri dan mengabdikan diri demi kepentingan dharma.
3.3 UNSUR-UNSUR BHUANA ALIT
Bhuana Alit dan Bhuana Agung diciptakan oleh Tuhan dengan unsur yang sama yaitu “Purusa” dan “Prakrti”. Purusa menjadi jiwatman yang disebut sukma sarira atau lingga sasira. Sedangkan Prakrti menjadi badan kasar atau Sthula sarira. Dalam menggerakan perbuatan baik dan buruk Bhuana Alit (khususnya manusia) memiliki sepuluh indria yang disebut Dasendriya, yang terdiri dari :
a. Panca Budhindriya, yaitu lima macam indriya yang terdapat pada manusia untuk mengetahui sesuatu, terdiri dari sebagai berikut :
1. Caksuindriya (Indriya pada mata)
2. Srotendriya (Indriya pada telinga)
3. Ghranendriya (Indriya pada hidung)
4. Jihwendriya (Indriya pada lidah)
5. Twakindriya (Indriya pada kulit)
b. Panca Karmendriya, yaitu lima macam indriya yang ada pada manusia yang berfungsi untuk melakukan sesuatu, terdiri dari sebagai berikut :
1. Panindriya (Indriya pada tangan)
2. Padendriya (Indriya pada kulit)
3. Garbhendriya (Indriya pada perut)
4. Upasthendriya / Bhagendriya (Indriya pada kelamin laki-laki dan perempuan)
5. Payuindriya (Indriya pada anus)
Sthula Sarira terjadi sebagai akibat Panca Tanmatra yang berevolusi, berubah secara perlahan-lahan menjadi Panca Maha Bhuta pada Bhuana Alit. Perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Sabda Tanmatra : rongga dada, ronga mulit.
b. Sparsa Tanmatra : nafas, udara.
c. Rupa Tanmatra : panas badan (suhu), sinar mata.
d. Rasa Tanmatra : darah, lemak, kelenjar empedu.
e. Gandha Tanmatra : tulang, otot, daging.
Terkait dengan Sthula Sarira atau badan kasar manusia disebutkan memiliki unsur-unsur lainya seperti berikut :
a. Sad Kosa, yaitu enam lapis pembungkus Sthula Sarira manusia yang terdiri dari asti (tulang), Odwad (otot), Mamsa (daging), Rudhira (darah), dan Carma (kulit).
b. Dasa Bayu atau dasa Prana, yaitu sepuluh macam udara badan yaitu :
1. Prana (udara pada paru-paru)
2. Samana (udara pada pencernaan)
3. Apana (udara pada pantat)
4. Udana (udara pada kerongkongan)
5. Byana (udara yang menyebar ke seluruh tubuh)
6. Naga (udara pada perut)
7. Kumara (udara yang keluar dari badan, tangan dan jari)
8. Krakara (udara pada saat bersin)
9. Dewadatta (udara saat menguap)
10. Dananjaya (udara yang memberi makan pada badan)
Selain unsur-unsur tersebut, terdapat lima macam unsur yang ada pada Suksma Sarira yang disebut “Panca Mayakosa” yang merupakan unsur pembungkus Suksma Sarira manusia yang bersifat sangat halus yaitu :
a. Anamaya Kosa (unsur pembungkus dari sari makanan)
b. Pranamaya Kosa (unsur pembungkus dari sari nafas)
c. Wijnanamaya Kosa (unsur pembungkus dari pengetahuan)
d. Manomaya Kosa (unsur pembungkus dari pikiran)
e. Anandamaya Kosa (unsur pembungkus dari kebahagiaan)
3.4 SLOKA PENCIPTAAN BHUANA ALIT
Proses terciptanya Bhuwana Alit dijelaskan oleh beberapa kitab dan sastra Agama Hindu, antara lain :
“So’bhidyaya carirat swatsisrksur wiwidhah prajah, apa ewasa sarja dan tasu bija mawa bijat”
(Manawa Dharmasastra 1.9)
Artinya :
Ya Tuhan yang menciptakan diri darinya sendiri semua makhluk hidup beraneka ragam, mula-mula dengan pikirannya, terciptalah air dan meletakan benih-benih kehidupan pada air itu.
“Mama yonir mahad brahma, tasmin garbham dadhamy aham sambhavah’ sarwabhutanam tato bhavati bharata”.
(Bhagawadgita XIV.3)
Artinya :
KandunganKu adalah Brahma Yang Esa di dalamnya Aku letakan benih dan dari sanalah terlahir semua makhluk, wahai Bharata.
4. PRALAYA BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
Ketika alam semesta ini meniada disebut “Pralaya” atau “Brahma Nakta” atau malam hari Brahma. Berdasarkan pendekatan agama “Alam Semesta atau Bhuana Agung” beserta “isinya atau Bhuana Alit” diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang bergelar “Rudra” dan juga dikembalikan pada asalnya oleh Beliau. Jika masa Srsti digabungkan dengan masa Pralaya maka disebut satu hari Brahma atau satu “Kalpa”. Menurut perhitungan bahwa satu kalpa itu kurang lebih 432 juta tahun, yang juga disebut dengan satu tahun Tuhan.
“Utsideyur ime loka, na kuryam karma ced aham, sankarasya ca karta syam, upahanyam imah prajah”.
(Bhagawadgita III.24)
Artinya :
Jika Aku berhenti bekerja, dunia ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan memusnahkan manusia ini semua.

Gambaran pada waktu terjadinya “Pralaya” dapat dinyatakan sebagai berukut : Hancurnya ikatan kesatuan api atau matahari “teja” lalu menyebar ke seluruh ruangan besar yang mengakibatkan udara menjadi panas dan terus membara akibatnya “air” yang ada menguap dan habis. Oleh karena itu, semua makhluk hidup akan mati dan hancur. Zat logam atau batu”tanah” yang ada di bumi dan planet-planet lainnya hancur menjadi cair dan menguap oleh panas yang dahsyat. Panca Maha Bhuta kembali menjadi “atom-atom” dalam wujud yang amat sangat kecil sekali.

5. HUBUNGAN BHUANA AGUNG DAN BHUANA ALIT
Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Hubungan itu dapat diuraikan minimal sebagai berikut :
a. Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit diciptakan oleh pencipta yang sama. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Ida Sang Hyang Widhi pada masa Srsti dan akan kembali kepada-Nya pada masa Pralaya.
b. Bhuwana Agung dan Bhuana Alit memiliki unsur-unsur yang sama. Dalam proses penciptaan meskipun ada perbedaan waktu antara penciptaan alam semesta dengan mahluk yang ada di dalamnya, tetapi unsur-unsur pembentukannya adalah sama.
c. Bhuwana Agung dan Bhuawana Alit saling melengkapi. Mahluk hidup diciptakan berada dan berkembang pada alam semesta. Alam dilengkapi dengan berbagai ornament untuk kehidupan dan perkembangan mahluk hidup. Proses saling melengkapi ini telah diatur dengan hukum Brahman ( Rta ). Untuk alam ditata dan diatur dengan hukum alam, seperti rotasi bumi dan matahari, siklus perputaran air ( hidrologi ), siklus perputaran musim dan sebagainya. Sedangkan manusia ditata dan diatur dengan hukum karma yang didalamnya dibekali ilmu pengetahuan dan ajaran agama. Dengan demikian alam akan melengkapi kebutuhan manusia dan manusia erupakan bagian dari alam.
b. Bhuana Agung dan Bhuana Alit saling mempengaruhi. Karena Bhuana agung dan bhuana alit memiliki unsur-unsur yang sama maka dalam proses hubungannya akan saling mempengarui. Pribadi, budaya masyarakat serta kegiatan fisik manusia sangat dipengaruhi oleh alam. Alam memiliki unsur Triguna juga akan mempengaruhi semua pribadi dan aktivitas manusia. Alam memiliki musim maka manusia akan mengatur hidup dan fisiknya menyesuaikan dengan musim yang ada. Contoh sederhana manusia menciptakan kalender untuk pengaturan bercocok tanam bagi masyarakat agraris. Manusia menciptakan berbagai alat untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam. Sebaliknya segala aktivitas manusia juga dapat mempengaruhi kondisi alam. Kondisi sekarang dengan ulah sebagian manusia yang merusak alam dan membabat habis hutan menyebabkan rusaknya siklus perputaran air. Pembangunan yang tidak memperhitungkan tata lingkungan menyebabkan bencana alam banjir dan kebakaran. Intinya bahwa aktivitas manusia dipengaruhi oleh alam dan sebaliknya aktivitas manusia tersebut akan mempengaruhi alam.

Artikel Terkait :



0 Comments
Tweets
Komentar

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58

Posting Komentar